Dalam suatu krisis, beberapa orang akan
terbebani. Sebagian ada yang menyerah untuk berharap, mengapa? Laurence
Gonzales mempelajari ratusan dari kasus-kasus yang menunjukkan sesuatu
dengan tepat mengenai sikap dan strategi dari beberapa orang yang
menolak untuk mati.
Saya telah mempelajari beberapa kecelakaan selama kurang lebih 30 tahun. Pertama, sebagai pilot yang juga wartawan, saya berkonsentrasi pada kecelakaan pesawat terbang. Kemudian, ketika ketertarikan saya beralih pada paddling, climbing dan travelling ke tempat-tempat terpencil, saya mulai mempelajari beberapa kecelakaan yang terjadi pada kegiatan alam terbuka. Silahkan Anda sebut saya sebagai orang yang tidak berperasaan, tetapi bagi saya membaca laporan kecelakaan-kecelakaan tersebut seperti membaca komedi bisu (bisu, karena orang-orangnya sebagian besar meninggal). Saya mencari pengertian mengapa beberapa orang meninggal dengan cepatnya dalam keadaan survive ini. Secara mengejutkan, saya menemukan kengerian yang sama pada beberapa orang yang bertahan hidup dalam keadaan sulit yang sangat ekstrim, kasus-kasus ini saya sebut “deep survival.” Pada dasa warsa dan beberapa abad, terpisah melalui budaya, geografi, ras, agama dan tradisional, beberapa survivor yang sukses menunjukkan pola yang sama dari pikiran dan tindak tanduk yang mengarah pada transformasi keagamaan yang sama dalam mempertahankan hidup mereka. Satu kali kamu pernah melewati hujan salju, kapalmu karam atau kamu tersesat di hutan atau tanganmu terjepit saat boulder, sebagian besar menyangkut mental, berikut adalah cerita yang berhubungan dengan hal tersebut di atas, sebagian besar adalah kisah sebenarnya yang pernah dialami oleh beberapa survivor yang berhasil kembali dari perjalanan yang hampir membuat mereka mati.
ATURAN PENYELAMATAN DIRI DALAM KEADAAN BERBAHAYA
1. PERCAYA DIRI
Orang yang dapat menyelamatkan diri tidak terjebak pada perangkap ketakutan yang mematikan, yaitu ketakutan yang tidak termobilisasi atau penyangkalan terhadap ketakutan. Banyak orang yang seharusnya selamat dalam tragedi World Trade Center pada tanggal 11 September 2001 tewas, karena mereka hanya diam dengan patuh untuk menunggu pertolongan dan bukan berusaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Dan banyak diantara mereka yang dikuasai rasa panik. Panik disini tidak selalu berarti berlari kesana-kemari dengan menjerit-jerit, namun bisa berarti diam dengan tidak melakukan apapun . Para penyelidik kecelakaan pesawat sering menemukan bahwa para penumpang ternyata ditemukan mati dengan keadaan masih terikat erat di tempat duduk mereka. Orang yang dapat menyelamatkan diri sebaliknya menyadari keadaan mereka, “Saya benar-benar dalam keadaan yang membahayakan diri saya dan saya akan berusaha untuk menyelamatkan diri saya.”
Dalam lima menit pertama sejak kecelakaan terjadi, sang korban dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran yang penting. Presepsi dan fungsi kognitif seseorang yang dapat menyelamatkan diri berada dalam tingkat yang tinggi saat ia menghadapi bahaya. Dengan dipacu oleh ancaman atas nyawanya, seseorang yang dapat menyelamatkan diri mengetahui keadaan sekitar mereka sampai ke hal-hal yang terkecil, selain itu merekapun meyakini naluri mereka. Joe Simpson, seorang pemanjat tebing dari Inggris yang baru saja menjejakkan kaki di gunung berketinggian 21.000 kaki di negara Peru, terjatuh dan mengalami patah kaki. Hal pertama yang muncul dalam benaknya adalah mungkin dia hanya keseleo. Tetapi beberapa saat kemudian dia berkata pada dirinya sendiri,”Kakiku patah, aku akan mati.” Orang yang dapat menyelamatkan dirinya tidak menyangkal kebenaran. Hanya dengan menyadari luka yang dia alami, Simpson mampu untuk menjalani tantangan yang mengerikan di hadapannya.
2. TETAP TENANG
Dalam keadaan yang kritis, orang yang dapat menyelamatkan diri tidak dikuasai oleh rasa takut tapi mereka akan memanfaatkan rasa takut tersebut. Rasa takut yang mereka rasakan seringkali berubah menjadi rasa marah yang akan memotivasi mereka dan membuat mereka dapat berpikir dengan cerdik. Aron Ralston, seorang pemanjat gunung yang harus memotong tangannya untuk melepaskan diri dari batu besar yang telah menjepitnya di sebuah lembah celah di Utah, semula menjadi panik dan membantingkan tubuhnya ke batu yang telah menjepit tangannya. Tapi dia segera berhenti melakukan hal tersebut dan menarik nafas panjang untuk kemudian memperhatikan pilihan-pilihan yang dia miliki. Dia menghabiskan waktu hingga lima hari untuk dapat meyakinkan dirinya untuk menentukan apa yang harus dia lakukan untuk dapat menyelamatkan dirinya. Seseorang yang dapat menyelamatkan dirinya sangat mneyadari bahwa mereka harus tetap tenang. Mereka harus berusaha menghindar dari emosi ingin memberontak yang terlalu meluap-luap.
Dan dengan menghadapi keadaan genting, mereka juga dapat mengatasi penderitaan yang mereka rasakan dengan baik. Dalam buku In Touching The Void, Joe Simpson mengungkapkan penderitaan yang dia hadapi di Peru. Dia menulis bahwa dia dapat “menyesuaikan diri dengan rasa sakit terus menerus yang dia rasakan” yang disebabkan oleh kakinya yang terluka dan patah yang menjadi penghalang baginya untuk dapat menuruni gunung tersebut. James Stockdale, seorang pilot tempur yang ditembak jatuh di Vietnam dan menghabiskan waktu delapan tahun di Hanoi Hilton, julukan bagi camp penjaranya, yakin bahwa “dengan membiasakan diri dengan rasa sakit” adalah alat yang paling penting bagi orang yang dapat menyelamatkan dirinya, “Anda harus mengalami rasa sakit. Tidak boleh ada kata tidak.”
3. BERPIKIR, MENGANALISA, MERENCANAKAN
Orang yang harus menyelamatkan diri dalam jangka panjang dengan cepat akan mengorganisir, menentukan rutinitas yang harus mereka lakukan dan menetapkan disiplin. Dalam kelompok orang-orang yang sedang menyelamatkan diri, akan muncul seorang pemimpin. Seorang yang menyelamatkan diri seorang diri seringkali mengisahkan bahwa mereka mendengar sebuah suara yang mengendalikan situasi mereka. Sementara fenomena mendengar suara dapat mengindikasikan turunnya kondisi mental di dalam kedaan tertentu, hal tersebut juga mudah dijelaskan dalam dua fungsi otak : emosi dan akal. Dalam kasus-kasus tertentu dengan bahaya yang sangat fatal, emosi seringkali mengambil alih. Tapi seorang yang dapat menyelamatkan diri mengesampingkan emosi dan membiarkan akal yang bekerja dan mereka membuat diri mereka menjadi dua pribadi yang berbeda dimana mereka akan melaksanakan ide yang menurut mereka masuk akal.
Steve Callahan, seorang pelaut dan pembuat kapal, sedang dalam pelayaran tunggal di samudera Atlantik di tahun 1982 saat kapalnya tiba-tiba mengalami masalah dan mulai tenggelam. Terombang ambing selama 76 hari di atas sebuah sekoci seluas lima kaki, dia melakukan pelayaran penyelamatan dirinya dengan dipimpin oleh seorang “kapten” yang memberi perintah kepadanya dan menjaganya di saat dia sangat membutuhkan air minum. Bahkan saat dia ingin memberontak. “Kapten”nya dengan rutin melatih “kru” tersebut. Sehingga dalam kendali yang sangat ketat ini dia mampu menyingkirkan pikiran bahwa situasinya tidak mempunyai harapan. Dia harus terombang-ambing sejauh 1800 mil di dataran Karibia dan mengambil langkah-langkah pertama yang harus dilakukan dengan pikiran yang jernih dalam mencapai penyelamatan dirinya, juga menganalisa situasinya dan memformulasikan perencanaan yang akan dia jalani.
4. MENGAMBIL TINDAKAN
Orang yang menyelamatkan diri mau mengambil resiko untuk menyelamatkan diri mereka dan orang lainnya. Namun mereka pun berani dan menyadari apa yang akan mereka lakukan.
Callahan tidak mengerti mengapa kapalnya yang kecil tiba-tiba dipenuhi dengan air, mungkin terbentur oleh ikan paus. Tapi saat kapal tersebut mulai tenggelam dia tidak hanya diam memandang kapalnya dengan rasa tidak percaya. Dengan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan diri, dia masuk ke dalam kabin yang gelap dan telah dipenuhi air untuk dapat mengambil barang-barangnya yang berharga. Dia muncul kembali dengan membawa “tas alat-alat darurat” berisi survival gear dan sleeping bag nya yang basah, dimana jika tanpa alat-alat tersebut dia tidak dapat menyelamatkan dirinya.
Lauren Elder, adalah satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan pesawat di dataran tinggi Sierra, California. Terdampar di puncak dengan ketinggian 12.000 kaki, dengan satu lengan yang patah, dia dapat melihat lembah Saint Joaquin di bawahnya, tapi dia terpisah oleh alam liar yang luas dan tebing es yang menyeramkan.
Dengan hanya mengenakan rok panjang, sebuah kemeja, dan sepatu boot dengan hak setinggi dua inci, dia merangkak “dengan kedua tangan dan kakinya” seperti yang dia katakan kemudian, ”menjaga keseimbangan di antara lempengan es, meninju dengan tangan dan kakinya.”
Dia harus memanjat tebing selama 36 jam, suatu hal yang tampak mustahil baginya. Namun Elder hanya memikirkan batu yang didepannya selangkah demi selangkah. Orang yang dapat menyelamatkan dirinya dapat memecahkan apa yang mereka lakukan setahap demi setahap sesuai dengan apa yang dapat mereka lakukan.
Merekapun terobsesi untuk dapat melakukannya dengan baik (Elder selalu menguji terlebih dahulu setiap pijakan yang akan dia lewati sebelum dia melangkah maju dan sering mengambil waktu untuk beristirahat. Orang yang dapat menyelamatkan diri berusaha hanya membuat sedikit kekeliruan. Mereka hanya melakukan apa yang sesuai dengan kekuatan mereka dalam waktu tertentu dari jam ke jam dari waktu ke waktu.
5. RAYAKAN KEBERHASILAN ANDA
Orang yang dapat menyelamatkan diri akan mendapatkan sukacita yang luar biasa dengan pencapaian yang mereka raih, sekecil apapun itu. Hal tersebut dapat menghindarkan mereka dari rasa putus asa yang mematikan dan menjaga mereka untuk terus termotivasi. Sukacita juga melepaskan diri mereka dari stuasi yang mengancam yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Elder berkata bahwa saat telah berhasil menuruni lereng es pertama, dia memandang ke atas lereng tersebut dan hampir tidak percaya atas apa yang telah dia lakukan, dia berkata pada dirinya sendiri, ”Lihat apa yang telah kamu lakukan.” Saya berseru keras hingga terdengar hingga ke lereng di bawah saya. Bahkan dengan lengannya yang patah, Elder merasakan rasa senang yang luar biasa menjadi teman setianya dalam perjalanannya untuk menyelamatkan dirinya. Hitunglah apa yang kamu miliki, kamu masih tetap hidup.
6. JADILAH ORANG YANG MENYELAMATKAN BUKAN MENJADI KORBAN
Orang yang menyelamatkan diri selalu melakukan hal yang sama bagi orang lain, bahkan jika orang tersebut berada ratusan mil jauhnya. Saat penulis Antone de Saint Exupery terdampar di gurun Libya setelah pesawat ekspedisinya mengalami kerusakan mesin, dia memikirkan apa yang akan terjadi dengan istrinya jika dia menyerah dan tidak kembali.
Yossi Ghinsberg seorang pendaki gunung kebangsaan Israel, tersesat di hutan Bolivia lebih dari dua minggu setelah terpisah dengan teman-temannya. Dia berhalusinasi bahwa dia ditemani seorang wanita cantik yang selalu menemaninya setiap malam dalam perjalanannya. Apapun yang dia lakukan, dia lakukan bagi wanita tersebut.
7. MENIKMATI PERJALANAN UNTUK MENYELAMATKAN DIRI
Nampaknya hal ini bertolak belakang dengan keadaan yang ada, namun dalam situasi yang paling sulitpun, orang yang dapat menyelamatkan dirinya menemukan sesuatu yang dapat dinikmati, sesuatu yang dapat dia lakukan. Penyelamatan diri dapat berarti penantian yang membosankan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Elder tertawa terbahak-bahak saat dia menyadari betapa dia takut bahwa seseorang akan melihat ke dalam roknya saat dia memanjat tebing. Bahkan saat kapal Callahan tenggelam, dia hanya berhenti tertawa saat dia harus menyelipkan pisau di mulutnya saat harus menaiki rakit seperti seorang bajak laut.
Uji coba yang dilakukan dengan bermain dalam kedaan yang genting juga akan menghasilkan penemuan dan penemuan akan menghasilkan teknik atau strategi yang baru yang akan menyelamatkan anda. Saat melewati tebing yang hampir vertikal di Peru, Joe simpson menciptakan irama saat dia mengayunkan kapaknya, menjatuhkan tangannya yang lain ke atas permukaan es dan lalu melakukan lompatan yang mengerikan dengan kakinya yang masih sehat. “Saya dengan cermat terus mengulang pola irama tersebut,” tulisnya, “Saya mulai merasa terlepas dari keadaan di sekeliling saya.”
Menyanyi, membayangkan permainan, mengingat puisi, menghitung dan mencoba menemukan solusi matematika yang sulit, akan membuang rasa jenuh karena menunggu dan akan membuat situasi jadi lebih menyenangkan, bahkan saat ada rasa takut yang mengancamnya. Di dalam penjaranya, James Stockdale menulis, ”Orang yang melewati tragedi seperti ini dengan banyak puisi yang dapat diingat adalah orang yang mempunyai karunia.”
Orang yang dapat menyelamatkan diri mengatur masa kritis yang dia alami hampir seperti seorang olahragawan dengan olahraga yang dia tekuni. Mereka terikat pada jimat-jimat. Mereka menemukan hal yang hanya dirasakan oleh seorang yang ahli, “zona” dimana emosi dan akal saling seimbang untuk menghasilkan satu tindakan yang dapat berubah-rubah.
8. MELIHAT KEINDAHAN
Orang yang menyelamatkan diri terpesona dengan keajaiban dunia mereka, khususnya saat menghadapi bahaya kematian. Ungkapan kekaguman akan keindahan, perasaan terpesona, membuka kesadaran akan keadaan di sekitar mereka (saat anda terpesona oleh sesuatu yang indah, pupil mata anda akan membesar). Debbie Kiley dan empat orang lainnya terombang ambing di lautan Atlantik, setelah kapal mereka tenggelam dalam badai pada tahun 1982. Mereka tidak mempunyai persediaan makanan, tidak mempunyai air minum dan dapat saja mati. Dua orang diantara mereka meminum air laut dan mulai menjadi gila. Ketika salah seorang dari mereka melompat dari papan ke laut, segera dia dimakan oleh ikan hiu di bawah papan mereka. Kiley merasa jika dia memandang terus ke laut, maka diapun dapat menjadi gila, maka dia berkata pada dirinya sendiri, “Lihat ke langit, disana tampak sangat indah.”
Saat pesawat Saint Exupery terjatuh di gurun, dia menyadari bahwa dia dalam bahaya, namun dia berkata dalam hati : ”Disini kita berada, akan mati, namun kematian tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan yang saya rasakan. Sukacita yang saya dapat dari setengah buah jeruk yang saya genggam adalah sukacita yang terbesar yang pernah saya rasakan.”
9. MENYERAHKAN DIRI
Ya, anda pasti akan mati. Dalam kenyataanya, anda akan mati, semua orang akan mati walaupun mungkin tidak harus hari ini. Di hari ketiga saat dia terjepit di dalam jurang, Ralston telah kehabisan makanan dan air minum dan dia tahu bahwa dia akan mati jika dia tidak dapat melepaskan dirinya. Namun hal tersebut membawanya menjadi tenang bukan menjadi merasa menderita. “Saya menerima kematian dengan rasa damai,” katanya. Dalam berbagai cara, fase perjalanan penyelamatan bersama berhubungan dengan tahap-tahap kematian dijelaskan dalam buku yang terkenal On Death and Dying (Dalam Menghadapi Kematian) ditulis oleh Elizabeth Kublerloss adalah penyangkalan, kemarahan, penawaran, depresi, dan penerimaan. Hanya dengan menerima kematian, banyak orang yang menyelamatkan diri mengatakan bahwa mereka mampu untuk berjuang dan bertahan hidup. Salah seorang psikolog dalam hal penyelamatan diri menyebutkan “Menyerahkan tanpa menyerah. Penyelamatan diri dilakukan oleh orang yang menyerahkan diri.”
10. YAKIN BAHWA ANDA AKAN BERHASIL
Dalam perjalanan tahap selanjutnya, orang yang menyelamatkan diri mendapat semangat dari keyakinan bahwa dia akan selamat. “Selama dua hari berakhir pada saat saya terjepit di jurang,” kenang Aron Ralston, “Saya merasa sebuah energi yang sangat meningkat memasuki diri saya walaupun waktu itu saya telah kehabisan makanan dan minuman.” Segera setelah itu, dia menemukan kekuatan untuk memotong tangannya yang telah mati. Elder juga menemukan kekuatan ketika waktu terus berjalan : ”Saat itu seolah-olah saya telah mendapatkan energi yang tidak ada batasnya.”
11. LAKUKAN APAPUN YANG PERLU DILAKUKAN
Elder memanjat dan menuruni tebing es dan batu karang tanpa alat-alat dan pengalaman. Simpson menyeret kakinya yang patah sejauh bermil-mil untuk kembali ke posnya. Ralston memotong tangannya sendiri untuk membebaskan dirinya. Orang yang menyelamatkan diri memiliki apa yang disebut para psikolog sebagai pengetahuan-meta: Mereka mengetahui kemampuan mereka, dan tidak merendahkan atau melebih-lebihkannya. Mereka yakin bahwa segala seuatu adalah mungkin dan karena itu mereka harus bertindak.
Mereka seringkali mengucapkan sebuah mantera untuk menolong mereka, saat Yossie Ghinsberg hilang di hutan Bolivia, ia menuliskan,”Ketika saya putus asa, saya membisikkan mantera di telinga saya ”Lelaki sedang beraksi, lelaki sedang beraksi, “ saya tidak tahu darimana saya mendapatkan kata-kata tersebut…saya ulangi terus kata-kata tersebut : ‘Seorang lelaki yang beraksi dapat melakukan apapun yang harus dia lakukan dengan tidak takut dan khawatir.’”
12. TIDAK PERNAH MENYERAH
Saat kantung oksigen Apollo 13 meledak dalam perjalanannya ke bulan pada tahun 1970, tampaknya kru yang ada dalam pesawat itu berada di ambang kematian. Komandan James Lovell memutuskan untuk terus menyampaikan semua data ke pusat kendali bahkan jika pesawat tersebut terbakar dalam perjalanan pulang. Callahan, Elder, Ghinsberg, Kiley, Ralston, Saint Exupery, Simpson, Stockdale –semuanya sama-sama menentukan dan mengetahui kebenaran akhir ini – jika kamu tetap hidup, masih ada yang dapat kamu lakukan.
Orang yang menyelamatkan diri tidak mudah dilemahkan oleh kemunduran. Saat mereka merasa bimbang, mereka akan mendorong diri mereka untuk melakukan sebuah proses dari awal kembali. Mereka menjaga diri mereka untuk tetap bersemangat dengan mengembangkan sebuah alternatif yang diciptakan dari daya ingatan yang kaya, dimana mereka dapat menyelamatkan diri. Mereka melihat kesempatan dalam kesengsaraan. Dalam keadaan yang buruk, orang yang dapat menyelamatkan diri dapat belajar dan menyukai uji coba yang mereka alami. Elder mengatakan, ”Saya tidak akan menjual perjalanan yang saya alami dengan apapun. Bahkan kadang-kadang saya merindukannya. Saya merindukan kejelasan dalam mengetahui dengan tepat apa yang harus saya lakukan selanjutnya.”
Mereka yang dapat menyelamatkan diri dari bahaya dunia ini, baik itu dalam permainan, bisnis ataupun perang, melalui penyakit atau tragedi akan melakukannya melalui suatu perubahan. Tetapi hal tersebut tidak muncul begitu saja saat dibutuhkan. Hal tersebut muncul dari pengalaman seumur hidup, sikap dan tindakan yang kita lakukan yang membentuk kepribadian seseorang, pusat dimana kekuatan yang dibutuhkan bersumber. Pengalaman penyelamatan diri adalah anugerah yang tidak dapat dibandingkan, dan akan menunjukkan siapa sebenarnya anda.
Saya telah mempelajari beberapa kecelakaan selama kurang lebih 30 tahun. Pertama, sebagai pilot yang juga wartawan, saya berkonsentrasi pada kecelakaan pesawat terbang. Kemudian, ketika ketertarikan saya beralih pada paddling, climbing dan travelling ke tempat-tempat terpencil, saya mulai mempelajari beberapa kecelakaan yang terjadi pada kegiatan alam terbuka. Silahkan Anda sebut saya sebagai orang yang tidak berperasaan, tetapi bagi saya membaca laporan kecelakaan-kecelakaan tersebut seperti membaca komedi bisu (bisu, karena orang-orangnya sebagian besar meninggal). Saya mencari pengertian mengapa beberapa orang meninggal dengan cepatnya dalam keadaan survive ini. Secara mengejutkan, saya menemukan kengerian yang sama pada beberapa orang yang bertahan hidup dalam keadaan sulit yang sangat ekstrim, kasus-kasus ini saya sebut “deep survival.” Pada dasa warsa dan beberapa abad, terpisah melalui budaya, geografi, ras, agama dan tradisional, beberapa survivor yang sukses menunjukkan pola yang sama dari pikiran dan tindak tanduk yang mengarah pada transformasi keagamaan yang sama dalam mempertahankan hidup mereka. Satu kali kamu pernah melewati hujan salju, kapalmu karam atau kamu tersesat di hutan atau tanganmu terjepit saat boulder, sebagian besar menyangkut mental, berikut adalah cerita yang berhubungan dengan hal tersebut di atas, sebagian besar adalah kisah sebenarnya yang pernah dialami oleh beberapa survivor yang berhasil kembali dari perjalanan yang hampir membuat mereka mati.
ATURAN PENYELAMATAN DIRI DALAM KEADAAN BERBAHAYA
1. PERCAYA DIRI
Orang yang dapat menyelamatkan diri tidak terjebak pada perangkap ketakutan yang mematikan, yaitu ketakutan yang tidak termobilisasi atau penyangkalan terhadap ketakutan. Banyak orang yang seharusnya selamat dalam tragedi World Trade Center pada tanggal 11 September 2001 tewas, karena mereka hanya diam dengan patuh untuk menunggu pertolongan dan bukan berusaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri. Dan banyak diantara mereka yang dikuasai rasa panik. Panik disini tidak selalu berarti berlari kesana-kemari dengan menjerit-jerit, namun bisa berarti diam dengan tidak melakukan apapun . Para penyelidik kecelakaan pesawat sering menemukan bahwa para penumpang ternyata ditemukan mati dengan keadaan masih terikat erat di tempat duduk mereka. Orang yang dapat menyelamatkan diri sebaliknya menyadari keadaan mereka, “Saya benar-benar dalam keadaan yang membahayakan diri saya dan saya akan berusaha untuk menyelamatkan diri saya.”
Dalam lima menit pertama sejak kecelakaan terjadi, sang korban dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran yang penting. Presepsi dan fungsi kognitif seseorang yang dapat menyelamatkan diri berada dalam tingkat yang tinggi saat ia menghadapi bahaya. Dengan dipacu oleh ancaman atas nyawanya, seseorang yang dapat menyelamatkan diri mengetahui keadaan sekitar mereka sampai ke hal-hal yang terkecil, selain itu merekapun meyakini naluri mereka. Joe Simpson, seorang pemanjat tebing dari Inggris yang baru saja menjejakkan kaki di gunung berketinggian 21.000 kaki di negara Peru, terjatuh dan mengalami patah kaki. Hal pertama yang muncul dalam benaknya adalah mungkin dia hanya keseleo. Tetapi beberapa saat kemudian dia berkata pada dirinya sendiri,”Kakiku patah, aku akan mati.” Orang yang dapat menyelamatkan dirinya tidak menyangkal kebenaran. Hanya dengan menyadari luka yang dia alami, Simpson mampu untuk menjalani tantangan yang mengerikan di hadapannya.
2. TETAP TENANG
Dalam keadaan yang kritis, orang yang dapat menyelamatkan diri tidak dikuasai oleh rasa takut tapi mereka akan memanfaatkan rasa takut tersebut. Rasa takut yang mereka rasakan seringkali berubah menjadi rasa marah yang akan memotivasi mereka dan membuat mereka dapat berpikir dengan cerdik. Aron Ralston, seorang pemanjat gunung yang harus memotong tangannya untuk melepaskan diri dari batu besar yang telah menjepitnya di sebuah lembah celah di Utah, semula menjadi panik dan membantingkan tubuhnya ke batu yang telah menjepit tangannya. Tapi dia segera berhenti melakukan hal tersebut dan menarik nafas panjang untuk kemudian memperhatikan pilihan-pilihan yang dia miliki. Dia menghabiskan waktu hingga lima hari untuk dapat meyakinkan dirinya untuk menentukan apa yang harus dia lakukan untuk dapat menyelamatkan dirinya. Seseorang yang dapat menyelamatkan dirinya sangat mneyadari bahwa mereka harus tetap tenang. Mereka harus berusaha menghindar dari emosi ingin memberontak yang terlalu meluap-luap.
Dan dengan menghadapi keadaan genting, mereka juga dapat mengatasi penderitaan yang mereka rasakan dengan baik. Dalam buku In Touching The Void, Joe Simpson mengungkapkan penderitaan yang dia hadapi di Peru. Dia menulis bahwa dia dapat “menyesuaikan diri dengan rasa sakit terus menerus yang dia rasakan” yang disebabkan oleh kakinya yang terluka dan patah yang menjadi penghalang baginya untuk dapat menuruni gunung tersebut. James Stockdale, seorang pilot tempur yang ditembak jatuh di Vietnam dan menghabiskan waktu delapan tahun di Hanoi Hilton, julukan bagi camp penjaranya, yakin bahwa “dengan membiasakan diri dengan rasa sakit” adalah alat yang paling penting bagi orang yang dapat menyelamatkan dirinya, “Anda harus mengalami rasa sakit. Tidak boleh ada kata tidak.”
3. BERPIKIR, MENGANALISA, MERENCANAKAN
Orang yang harus menyelamatkan diri dalam jangka panjang dengan cepat akan mengorganisir, menentukan rutinitas yang harus mereka lakukan dan menetapkan disiplin. Dalam kelompok orang-orang yang sedang menyelamatkan diri, akan muncul seorang pemimpin. Seorang yang menyelamatkan diri seorang diri seringkali mengisahkan bahwa mereka mendengar sebuah suara yang mengendalikan situasi mereka. Sementara fenomena mendengar suara dapat mengindikasikan turunnya kondisi mental di dalam kedaan tertentu, hal tersebut juga mudah dijelaskan dalam dua fungsi otak : emosi dan akal. Dalam kasus-kasus tertentu dengan bahaya yang sangat fatal, emosi seringkali mengambil alih. Tapi seorang yang dapat menyelamatkan diri mengesampingkan emosi dan membiarkan akal yang bekerja dan mereka membuat diri mereka menjadi dua pribadi yang berbeda dimana mereka akan melaksanakan ide yang menurut mereka masuk akal.
Steve Callahan, seorang pelaut dan pembuat kapal, sedang dalam pelayaran tunggal di samudera Atlantik di tahun 1982 saat kapalnya tiba-tiba mengalami masalah dan mulai tenggelam. Terombang ambing selama 76 hari di atas sebuah sekoci seluas lima kaki, dia melakukan pelayaran penyelamatan dirinya dengan dipimpin oleh seorang “kapten” yang memberi perintah kepadanya dan menjaganya di saat dia sangat membutuhkan air minum. Bahkan saat dia ingin memberontak. “Kapten”nya dengan rutin melatih “kru” tersebut. Sehingga dalam kendali yang sangat ketat ini dia mampu menyingkirkan pikiran bahwa situasinya tidak mempunyai harapan. Dia harus terombang-ambing sejauh 1800 mil di dataran Karibia dan mengambil langkah-langkah pertama yang harus dilakukan dengan pikiran yang jernih dalam mencapai penyelamatan dirinya, juga menganalisa situasinya dan memformulasikan perencanaan yang akan dia jalani.
4. MENGAMBIL TINDAKAN
Orang yang menyelamatkan diri mau mengambil resiko untuk menyelamatkan diri mereka dan orang lainnya. Namun mereka pun berani dan menyadari apa yang akan mereka lakukan.
Callahan tidak mengerti mengapa kapalnya yang kecil tiba-tiba dipenuhi dengan air, mungkin terbentur oleh ikan paus. Tapi saat kapal tersebut mulai tenggelam dia tidak hanya diam memandang kapalnya dengan rasa tidak percaya. Dengan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan diri, dia masuk ke dalam kabin yang gelap dan telah dipenuhi air untuk dapat mengambil barang-barangnya yang berharga. Dia muncul kembali dengan membawa “tas alat-alat darurat” berisi survival gear dan sleeping bag nya yang basah, dimana jika tanpa alat-alat tersebut dia tidak dapat menyelamatkan dirinya.
Lauren Elder, adalah satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan pesawat di dataran tinggi Sierra, California. Terdampar di puncak dengan ketinggian 12.000 kaki, dengan satu lengan yang patah, dia dapat melihat lembah Saint Joaquin di bawahnya, tapi dia terpisah oleh alam liar yang luas dan tebing es yang menyeramkan.
Dengan hanya mengenakan rok panjang, sebuah kemeja, dan sepatu boot dengan hak setinggi dua inci, dia merangkak “dengan kedua tangan dan kakinya” seperti yang dia katakan kemudian, ”menjaga keseimbangan di antara lempengan es, meninju dengan tangan dan kakinya.”
Dia harus memanjat tebing selama 36 jam, suatu hal yang tampak mustahil baginya. Namun Elder hanya memikirkan batu yang didepannya selangkah demi selangkah. Orang yang dapat menyelamatkan dirinya dapat memecahkan apa yang mereka lakukan setahap demi setahap sesuai dengan apa yang dapat mereka lakukan.
Merekapun terobsesi untuk dapat melakukannya dengan baik (Elder selalu menguji terlebih dahulu setiap pijakan yang akan dia lewati sebelum dia melangkah maju dan sering mengambil waktu untuk beristirahat. Orang yang dapat menyelamatkan diri berusaha hanya membuat sedikit kekeliruan. Mereka hanya melakukan apa yang sesuai dengan kekuatan mereka dalam waktu tertentu dari jam ke jam dari waktu ke waktu.
5. RAYAKAN KEBERHASILAN ANDA
Orang yang dapat menyelamatkan diri akan mendapatkan sukacita yang luar biasa dengan pencapaian yang mereka raih, sekecil apapun itu. Hal tersebut dapat menghindarkan mereka dari rasa putus asa yang mematikan dan menjaga mereka untuk terus termotivasi. Sukacita juga melepaskan diri mereka dari stuasi yang mengancam yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Elder berkata bahwa saat telah berhasil menuruni lereng es pertama, dia memandang ke atas lereng tersebut dan hampir tidak percaya atas apa yang telah dia lakukan, dia berkata pada dirinya sendiri, ”Lihat apa yang telah kamu lakukan.” Saya berseru keras hingga terdengar hingga ke lereng di bawah saya. Bahkan dengan lengannya yang patah, Elder merasakan rasa senang yang luar biasa menjadi teman setianya dalam perjalanannya untuk menyelamatkan dirinya. Hitunglah apa yang kamu miliki, kamu masih tetap hidup.
6. JADILAH ORANG YANG MENYELAMATKAN BUKAN MENJADI KORBAN
Orang yang menyelamatkan diri selalu melakukan hal yang sama bagi orang lain, bahkan jika orang tersebut berada ratusan mil jauhnya. Saat penulis Antone de Saint Exupery terdampar di gurun Libya setelah pesawat ekspedisinya mengalami kerusakan mesin, dia memikirkan apa yang akan terjadi dengan istrinya jika dia menyerah dan tidak kembali.
Yossi Ghinsberg seorang pendaki gunung kebangsaan Israel, tersesat di hutan Bolivia lebih dari dua minggu setelah terpisah dengan teman-temannya. Dia berhalusinasi bahwa dia ditemani seorang wanita cantik yang selalu menemaninya setiap malam dalam perjalanannya. Apapun yang dia lakukan, dia lakukan bagi wanita tersebut.
7. MENIKMATI PERJALANAN UNTUK MENYELAMATKAN DIRI
Nampaknya hal ini bertolak belakang dengan keadaan yang ada, namun dalam situasi yang paling sulitpun, orang yang dapat menyelamatkan dirinya menemukan sesuatu yang dapat dinikmati, sesuatu yang dapat dia lakukan. Penyelamatan diri dapat berarti penantian yang membosankan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Elder tertawa terbahak-bahak saat dia menyadari betapa dia takut bahwa seseorang akan melihat ke dalam roknya saat dia memanjat tebing. Bahkan saat kapal Callahan tenggelam, dia hanya berhenti tertawa saat dia harus menyelipkan pisau di mulutnya saat harus menaiki rakit seperti seorang bajak laut.
Uji coba yang dilakukan dengan bermain dalam kedaan yang genting juga akan menghasilkan penemuan dan penemuan akan menghasilkan teknik atau strategi yang baru yang akan menyelamatkan anda. Saat melewati tebing yang hampir vertikal di Peru, Joe simpson menciptakan irama saat dia mengayunkan kapaknya, menjatuhkan tangannya yang lain ke atas permukaan es dan lalu melakukan lompatan yang mengerikan dengan kakinya yang masih sehat. “Saya dengan cermat terus mengulang pola irama tersebut,” tulisnya, “Saya mulai merasa terlepas dari keadaan di sekeliling saya.”
Menyanyi, membayangkan permainan, mengingat puisi, menghitung dan mencoba menemukan solusi matematika yang sulit, akan membuang rasa jenuh karena menunggu dan akan membuat situasi jadi lebih menyenangkan, bahkan saat ada rasa takut yang mengancamnya. Di dalam penjaranya, James Stockdale menulis, ”Orang yang melewati tragedi seperti ini dengan banyak puisi yang dapat diingat adalah orang yang mempunyai karunia.”
Orang yang dapat menyelamatkan diri mengatur masa kritis yang dia alami hampir seperti seorang olahragawan dengan olahraga yang dia tekuni. Mereka terikat pada jimat-jimat. Mereka menemukan hal yang hanya dirasakan oleh seorang yang ahli, “zona” dimana emosi dan akal saling seimbang untuk menghasilkan satu tindakan yang dapat berubah-rubah.
8. MELIHAT KEINDAHAN
Orang yang menyelamatkan diri terpesona dengan keajaiban dunia mereka, khususnya saat menghadapi bahaya kematian. Ungkapan kekaguman akan keindahan, perasaan terpesona, membuka kesadaran akan keadaan di sekitar mereka (saat anda terpesona oleh sesuatu yang indah, pupil mata anda akan membesar). Debbie Kiley dan empat orang lainnya terombang ambing di lautan Atlantik, setelah kapal mereka tenggelam dalam badai pada tahun 1982. Mereka tidak mempunyai persediaan makanan, tidak mempunyai air minum dan dapat saja mati. Dua orang diantara mereka meminum air laut dan mulai menjadi gila. Ketika salah seorang dari mereka melompat dari papan ke laut, segera dia dimakan oleh ikan hiu di bawah papan mereka. Kiley merasa jika dia memandang terus ke laut, maka diapun dapat menjadi gila, maka dia berkata pada dirinya sendiri, “Lihat ke langit, disana tampak sangat indah.”
Saat pesawat Saint Exupery terjatuh di gurun, dia menyadari bahwa dia dalam bahaya, namun dia berkata dalam hati : ”Disini kita berada, akan mati, namun kematian tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan yang saya rasakan. Sukacita yang saya dapat dari setengah buah jeruk yang saya genggam adalah sukacita yang terbesar yang pernah saya rasakan.”
9. MENYERAHKAN DIRI
Ya, anda pasti akan mati. Dalam kenyataanya, anda akan mati, semua orang akan mati walaupun mungkin tidak harus hari ini. Di hari ketiga saat dia terjepit di dalam jurang, Ralston telah kehabisan makanan dan air minum dan dia tahu bahwa dia akan mati jika dia tidak dapat melepaskan dirinya. Namun hal tersebut membawanya menjadi tenang bukan menjadi merasa menderita. “Saya menerima kematian dengan rasa damai,” katanya. Dalam berbagai cara, fase perjalanan penyelamatan bersama berhubungan dengan tahap-tahap kematian dijelaskan dalam buku yang terkenal On Death and Dying (Dalam Menghadapi Kematian) ditulis oleh Elizabeth Kublerloss adalah penyangkalan, kemarahan, penawaran, depresi, dan penerimaan. Hanya dengan menerima kematian, banyak orang yang menyelamatkan diri mengatakan bahwa mereka mampu untuk berjuang dan bertahan hidup. Salah seorang psikolog dalam hal penyelamatan diri menyebutkan “Menyerahkan tanpa menyerah. Penyelamatan diri dilakukan oleh orang yang menyerahkan diri.”
10. YAKIN BAHWA ANDA AKAN BERHASIL
Dalam perjalanan tahap selanjutnya, orang yang menyelamatkan diri mendapat semangat dari keyakinan bahwa dia akan selamat. “Selama dua hari berakhir pada saat saya terjepit di jurang,” kenang Aron Ralston, “Saya merasa sebuah energi yang sangat meningkat memasuki diri saya walaupun waktu itu saya telah kehabisan makanan dan minuman.” Segera setelah itu, dia menemukan kekuatan untuk memotong tangannya yang telah mati. Elder juga menemukan kekuatan ketika waktu terus berjalan : ”Saat itu seolah-olah saya telah mendapatkan energi yang tidak ada batasnya.”
11. LAKUKAN APAPUN YANG PERLU DILAKUKAN
Elder memanjat dan menuruni tebing es dan batu karang tanpa alat-alat dan pengalaman. Simpson menyeret kakinya yang patah sejauh bermil-mil untuk kembali ke posnya. Ralston memotong tangannya sendiri untuk membebaskan dirinya. Orang yang menyelamatkan diri memiliki apa yang disebut para psikolog sebagai pengetahuan-meta: Mereka mengetahui kemampuan mereka, dan tidak merendahkan atau melebih-lebihkannya. Mereka yakin bahwa segala seuatu adalah mungkin dan karena itu mereka harus bertindak.
Mereka seringkali mengucapkan sebuah mantera untuk menolong mereka, saat Yossie Ghinsberg hilang di hutan Bolivia, ia menuliskan,”Ketika saya putus asa, saya membisikkan mantera di telinga saya ”Lelaki sedang beraksi, lelaki sedang beraksi, “ saya tidak tahu darimana saya mendapatkan kata-kata tersebut…saya ulangi terus kata-kata tersebut : ‘Seorang lelaki yang beraksi dapat melakukan apapun yang harus dia lakukan dengan tidak takut dan khawatir.’”
12. TIDAK PERNAH MENYERAH
Saat kantung oksigen Apollo 13 meledak dalam perjalanannya ke bulan pada tahun 1970, tampaknya kru yang ada dalam pesawat itu berada di ambang kematian. Komandan James Lovell memutuskan untuk terus menyampaikan semua data ke pusat kendali bahkan jika pesawat tersebut terbakar dalam perjalanan pulang. Callahan, Elder, Ghinsberg, Kiley, Ralston, Saint Exupery, Simpson, Stockdale –semuanya sama-sama menentukan dan mengetahui kebenaran akhir ini – jika kamu tetap hidup, masih ada yang dapat kamu lakukan.
Orang yang menyelamatkan diri tidak mudah dilemahkan oleh kemunduran. Saat mereka merasa bimbang, mereka akan mendorong diri mereka untuk melakukan sebuah proses dari awal kembali. Mereka menjaga diri mereka untuk tetap bersemangat dengan mengembangkan sebuah alternatif yang diciptakan dari daya ingatan yang kaya, dimana mereka dapat menyelamatkan diri. Mereka melihat kesempatan dalam kesengsaraan. Dalam keadaan yang buruk, orang yang dapat menyelamatkan diri dapat belajar dan menyukai uji coba yang mereka alami. Elder mengatakan, ”Saya tidak akan menjual perjalanan yang saya alami dengan apapun. Bahkan kadang-kadang saya merindukannya. Saya merindukan kejelasan dalam mengetahui dengan tepat apa yang harus saya lakukan selanjutnya.”
Mereka yang dapat menyelamatkan diri dari bahaya dunia ini, baik itu dalam permainan, bisnis ataupun perang, melalui penyakit atau tragedi akan melakukannya melalui suatu perubahan. Tetapi hal tersebut tidak muncul begitu saja saat dibutuhkan. Hal tersebut muncul dari pengalaman seumur hidup, sikap dan tindakan yang kita lakukan yang membentuk kepribadian seseorang, pusat dimana kekuatan yang dibutuhkan bersumber. Pengalaman penyelamatan diri adalah anugerah yang tidak dapat dibandingkan, dan akan menunjukkan siapa sebenarnya anda.
1 komentar:
luar biasa
Posting Komentar