Selasa, 03 Juli 2012

PERJALANAN DARI PALOPO MENUJU DUSUN KARANGAN

            Jum’at, 15 juni 2012 tepatnya pukul 03.25 dinihari, Kami sudah meninggalkan sekertariat menuju cek poin untuk menunggu mobil yang ingin kami tumpangi. Berjam-jam kami ditempat itu, namun tak satu pun mobil yang ingin singgah untuk memberikan tumpangannya. Karena, di tepat ini kami kurang beruntung. Sekitar jam 08.00 kami berpindah tempat ke lebang (jalan poros palopo-enrekang). Di lebang kami kembali menuggu. Maklum saja, perjalanan kami ini hanya membawa modal yang sangat minim. Jadi, kami memilih alternative seperti ini (menumpang di mobil menganggkut barang) untuk mengurangi ongkos perjalanan kami. Sekitar 30 menit kami menunggu, akhirnya mobil mengangkut pupuk singgah dan memberikan tumpangan kepada kami. Ditengah perjalanan, saya dan teman-teman yang lain sempat tertidur diatas tumpukan pupuk. Karena semalam, kami packing hingga berlarut-larut malam. Sekitar 2 jam perjalanan, mobil yang kami tumpangi berhenti dipasar bolu Rantepao. Dan ternyata, mobil yang kami tumpangi ini tujuannya hanya sampai dinisi. Dengan sedikit rasa kecewa, kami menurunkan barang bawaan kami dari mobil. Dengan kekecewaan, kami tetap bersyukur dan berterima kasuh kepada sopir mobil. Karena, beliau mau membantu kami untuk memberikan tumpangan secara gratis kepada kami untuk sampai di pasar bolu Rantepao.
Dengan rauk wajah yang masih mengantuk. Kami kembali menunggu mobil yang mau memberikan tumpangannya. Lagi-lagi kami kurang beruntung. Sekitar sejam kami menunggu. Blum ada yang mau memberikan tumpangannya. Bukan karena sopir disini pelit-pelit. Tetapi, memang mobil yang kami kasih tinggal disini tidak searah dengan tujuan kami. Terpaksa kami berjalan kaki menyusuri jalan beraspal. Ditengah perjalanan, ada mobil angkot yang singgah di samping kami dan sopirnya pun menawarkan ke kami untuk naik di mobilnya. Karena kami tidak mau buang-buang ongkos dengan percuma. Kami menolak untuk naik dimobil tersebut. Tetapi sopirnya tetap ngotot, untuk menyuruh kami naik di mobilnya dan memperkenalkan dirinya kalau beliau salah satu anggota KPA WAYANA Rantepao. Dengan senang hati kami bergegas naik dimobil tersebut. Walaupun hanya sampai di kota Rantepao. Tetap kami bersyukur atas tumpangannya. Hitung-hitung irit waktu dan tenaga,,.. hehehehe
Sopir angkot tadi, (maaf kami lupa namanya) juga memberikan petunjuk tempat persinggahan mobil menuju enrekang. Kami pun kembali berjalan kaki sekitar 3-4 km untuk sampai ketempat yang di maksud tadi. Ditempat itu terdapat pertigaan jalan. Jalur sebelah kiri  menuju ketekesu dan sebelah kanan jalan poros Enrekang. Sekitar pukul 13.00 kami berhenti dan menunggu mobil untuk menuju Enrekang. Tak lama brselang mobil pick up berwarna hitam berhenti di depan kami untuk memberikan tumpangan ke pada kami. Ditengah perjalan mobil berhenti, dan menyuruh salah satu diantara kami untuk duduk di samping sopir. Karena saya ditunjuk sebagai Humas dalam expedisi ini. Saya pun pindah kedepan ditemani Rizal_expa (bagian perlengkapan). Dalam perjalanan, saya berbicara banyak dengan sopir. Dari percakapan tadi saya baru tau ternyata beliau tinggal dipalopo.
Pukul 14.55 wita, kami tiba di Desa kalosi, Enrekang. Kami kembali melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Karena seharian blum makan, kami beristirahat sejenak dipinggir jalan untuk mengisi jawa tengah. Perjalanan kami lanjutkan, sesekali kami menoleh kebelakang.
 Teman-teman pembaca tentu tau maksud dan tujuan kami menoleh kebelakang…??
Tak lama berselang, mobil truk berhenti didepan kami. Dengan terburu-buru, kami naik di mobil. Posisi kami blum sempurna mobil sudah bergerak maju. Alhasil, beckpek yang di bawa Rizal_expa putus. Spritus 1,5 L juga jatuh. Padahal itu persiapan pendakian kami. Beruntung masih ada sedikit yang tersimpan dalam beckpek. Pukul 15.30 wita, kami tiba di Desa Cakke. Kami kembali berjalan kaki menuju Desa Baraka. Untuk sampai didesa Baraka yang jaraknya sekitar 30 km. kami sempat 2 kali menumpangi mobil pengangkut pasir yang kebetulan searah dengan tujuan kami. Pukul 17.50 kami tiba di desa Baraka. Karena hari sudah sore, kami memutuskan untuk menginap dirumah kepala desa Latimojong yang jaraknya tak jauh dari pasar Baraka.
                Keesokan paginya, kami bersiap-siap menuju Dusun Karangan. Beruntung, kepala desa Latimojong mengerti dengan kondisi kami. Beliau pun mencari mobil untuk kami tumpangi menuju dusun Karangan. Pukul 09.25, kami meninggalkan rumah kepala desa Latimojong dengan menggunakan mobil truk roda 4. Perjalanan kurang dari satu km, mobil yang kami tumpangi langsung mengeluarkan suara yang keras ditambah lagi asap hitam yang keluar dari knalpot. Itu menandakan jalan yang kami lewati penuh dengan tanjakan. Pukul 11.30 mobil berhenti sejenak di Desa Passui. Sopir dan penumpang lainnya turun untuk membeli keperluan untuk perjalan nantinya. Karena uang yang kami bawah hanya sedkit, jadi kami hanya tinggal di atas mobil saja.
Mobil kembali bergerak maju. Asik-asiknya menikmati pemandangan dari ketinggian yang masih asri. Tiba-tiba mobil yang kami tumpangi terjebak dalam lumpur.

 Kami dan penumpang lainnya pun turun dan membantu sopir untuk melewati kubangan lumpur yang banyak dijumpai dalam perjalan kami ini. Setelah melewati jalan yang penuh dengan adrenalin. Akhirnya kami tiba di Rante lemo pada pukul 12.57 waktu setempat.
Biaya ongkos mobil dari desa Baraka menuju Rante lemo Rp 25 rb/org. disini saya sempat negosiasi dengan sopir mobil. Alhasil kami hanya dikenakan biaya Rp 20 rb/org.
                Perjalanan belum berakhir sampai disini. Untuk tiba di pos 0 tepatnya di Dusun Karangan. Kami kembali harus menempuh jalan yang kurang dari 3 km dan penuh dengan tanjakan yang terjal. Sebenarnya, jalan ini biasa dilalui mobil pada musim kemarau saja. Namun pada saat itu, musim hujan. jadi kami harus berjalan kaki untuk menuju dusun Karangan. Ditengah perjalanan, kami berhenti sejenak untuk mengisi jawa tengah dan mengambil gambar disekitar tempat itu. Tak lama berselang, lewatlah seorang pria yang berjalan kaki menggunakan jas hujan berwarna hijau bersama kudanya yang membawa hasil kebunnya untuk dibawa ke Rante lemo. Pria itu sempat singgah sejenaknya dan menyapa kami. Beliau juga menawarkan kami untuk menginap dirumahnya. Karena kami ingin cepat-cepat tiba didusun karangan, kami pun membalas tawarannya dengan ucapan terima kasih saja. Kami kembali melanjutkan perjalanan, pukul 03.21 kami tiba di pos 0 dusun Karangan. Dan mencari rumah kepala dusun karangan yang biasa dijadikan Base Camp oleh pendaki yang ingin kepuncak tertinggi Latimojong.
Setiba dirumah kepala dusun Karangan, ternyata yang bersangkutan tidak dirumah. Kami hanya menemui anaknya. Ditengah percakapan kami dengan anak dari kepala dusun Karangan tersebut. Dari situ, baru kami ketahui, ternyata pria yang kami temui tadi adalah kepala dusun Karangan. Luapan tawa pun tak terhindarkan dari kami. 
Dirumah inilah kami menginap sebelum melanjutkan perjalanan kami menuju ke puncak Latimojong. Selesai makan malam, teman-teman tidur lebih awal. Karena kelelahan seharian menempuh perjalan yang banyak menguras tenaga. Sebenarnya, saya juga merasakan demikian. Tetapi saya, tidak mau melewatkan waktu yang berharga ini untuk bertanya dan mencari tau tentang desa karangan. Dari rasa ingin tau saya, ternya didesa ini, memanfaatkan tenaga air untuk diubah menjadi tenaga listrik dengan menggunakan kincir. Yang biasa disebut kincir air. Kincir air ini dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat. Dari swadaya tersebut mampu menerangi sekitar ± 100 KK, tempat ibadah dan sekolahan yang ada disekitar dusun Karangan.
lihat foto lainnya dalam expedisi puncak Rante Mario (G. Latimojong) disini


0 komentar:

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Pasang Iklan Anda Disini

Adsense Indonesia

Copyright © 2012. EXPA INDONESIA - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Bamz