Pukul 07.30, kami langsung bergegas
meninggalkan pos 0/ dusun Karangan. Dalam perjalanan, kami disuguhi pemandangan
pohon copi yang berdiri tegak di sepanjang perjalan kami. Selain itu juga, kami
dimanjakan dengan pemandangan alam lainnya yang sangat mempesona dari
ketinggian. Jalan yang kami lalui ini penuh dengan tanjakan dan penurunan.
Sebelum kami tiba di pos 1. Kami harus melewati tanjakan dengan kemiringan 700-750.
Kami harus berjalan merayap untuk sampai di pos 1. Pukul 09.07 kami tiba
di pos 1 dengan bermandian keringat.
Perjalanan kami lanjutkan, jalur
yang kami lalui sudah mulai berubah. Yang tadinya di penuhi hamparan kebun
copi. Kini tampak terlihat hutan rimbun yang sangat alami. Kami harus
berhati-hati melangkahkan kaki kami. Karena sedikit kecorobohan bisa membuat
kita terperosot kejurang yang tingginya mencapai ± 100 m. Dengan suara kicauan burung
yang terdengar ditelinga, membuat kami tambah semangat. 30 menit berlalu, jalan
mulai menurun. Suara air sudah terdengar dari kejahuan. Langkah kaki pun
semakin cepat. Tak sabar rasanya ingin cepat tiba di pos II.
Apabila suara air semakin keras, itu menandakan pos II sudah
dekat.
Pukul 10.05, kami tiba di pos II. Dari informasi yang kami
dapat dari masyarakat dan teman-teman yang sudah pernah kepuncak Rante Mario.
Mengatakan bahwa, setelah pos II, kita akan sulit untuk mendapatkan air bersih
lagi. Terpaksa kami memutuskan untuk berhenti dan mengisi tenaga (makan) sambil
menikmati pemandangan yang sulit di jumpai di daerah perkotaan.
Maklum saja, dari kami
berempat ini. Belum ada satu pun yang pernah ke puncak Rante Mario.
Cuaca
mulai berubah-ubah. Kadang mendung diselimuti kabut, kadang pula cerah. Jam
tangan yang saya kenakan menunjukkan pukul 11.20, kami pun bergegas kembali
melanjutkan perjalanan. Kami langsung
dihadang jalan yang sangat terjal dengan kemiringan mencapai ±
750-800. Kami harus membantu langkah kami dengan
berpegangan pada akar-akar pohon dan berhati-hati memili pijakan yang tepat.
Karena, banyak bebatuan kecil yang sewaktu-waktu bisa jatuh dan mengenai teman
kita dibawah. Canda ria dari teman-teman mengiringi perjalanan kami. Akhirnya,
pada pukul 12.00 kami tiba di pos III dengan ketinggian ± 1940 MDPL .
Dengan
kondisi fisik yang tersisa, perlahan-lahan Kaki kami terus melangkah.
Suara canda mulai hilang. Oksigen semakin menipis ditambah lagi kondisi jalan
yang terus menanjak. Beberapa kali, kami harus berhenti ditengah perjalanan
untuk mengumpulkan sisa-sisa tenaga. Mata kami tak henti-hentinya melihati
hamparan lumut di sepanjang perjalanan. Setelah kami menempuh perjalanan selama
±
1 jam. Akhirnya kami tiba di pos IV dengan ketinggian ± 2475 MDPL. Di pos IV ini dan
pos sebelumnya tidak terdapat sumber air bersih.
Terpaksa
kami kembali melanjutkan langkah kami menuju pos selanjutnya. Kondisi kami
semakin tidak terkontrol lagi. Suara canda sudah tidak terdengar hanya suara
hembusan angin saja yang terdengar ditelinga. Medannya pun tak jauh berbedah
dari sebelumnya. Dengan langkah kaki yang semakin melambat. pukul 14.45 kami
tiba di pos V dengan ketinggian ± 2678 MDPL. Di pos ini juga terdapat sumber mata air yang
jaraknya ±
100 m dari Camp. Mengingat kondisi kami sudah kelelahan, dengan penuh
pertimbangan kami memutuskan untuk mendirikan Camp disni.
Disini kami membagi tugas 2 orang mendirikan tenda, dan 2
lainnya menyiapkan santap malam. Dikarenakan suhu dibawah batas normal untuk
wilayah Indonesia. Jadi kami harus bergerak cepat sebelum matahari terbenam.
Senin,
18 juni 2012. Pukul 05.51 kami kembali menyiapkan menu sarapan pagi dan
secangkir copi untuk menghangatkan badan. Setelah itu, kami langsung packing.
Dan bersiap-siap menuju pos berikutnya. Pukul 08.40 kami sudah meninggalkan pos
V. medan yang kami lalui hamper sama dengan pos II menuju pos III. Hanya saja
tekstur jalannya padat dan berbatu. Kurang dari se-jam tepatnya pukul 09.20,
kami tiba di pos VI dengan ketinggian 2690 MDPL. Disini kami berhenti sekitar
20 menit untuk melengkapi data perjalanan kami sembari mengumpulkan tenaga
sambil menikmati pemandangan disekeliling kami.
Pukul
09.40, kami kembali melanjutkan perjalanan. Medan yang kami lalui masih
dipenuhi dengan tanjakan. Ditengah perjalanan, sudah mulai terlihat dari
kejahuan puncak-puncak tertinggi di gunung Latimojong. Kami pun tidak
menyia-nyiakan pemandangan yang sangat mempesona ini dengan berfoto di ketinggian
hamper 3000 MDPL. Pukul 10.45 kami sampai di pos VII dengan ketinggian ±
3100 MDPL. Di pos ini juga terdapat sumber mata air yang sangat jernih.
Jaraknya ±
50 m dari tempat Camp. Ditempat ini kami kembali mendirikan tenda untuk Camp
sebentar malam. Pukul 11.10, kami
bersiap-siap untuk menuju Tranggulasi.
Pukul
11.20, kami bergerak meninggalkan pos VII menuju Tranggulasi. Barang yang kami
bawa hanya perlengkapan dokumentasi dan jas huja saja. Jadi, langkah kami tidak
terlalu sulit. Di tambah lagi medan yang kami lalui berpariasi. Dan tanjakannya
tidak terlalu terjal. Disepanjang perjalanan kami menuju Tranggulasi terlihat
pemandangan yang sangat mempesona. Tampak pemandangan pohon-pohon yang berdaun
kerdil diselimuti kabut. Membuat kami semakin tak sabar untuk menginjakkan kaki
kami di Puncak rantemario. Karena banyak jalur yang bercabang-cabang, kami
sempat kebingungan di tambah lagi kabut tebal menyelimuti kami yang membuat
jarak pandang kami semakin sempit. Kami hanya mengikuti tanda bebatuan yang di
susun menyerupai piramida dan string yang diikatkan di ranting-ranting pohon.
Pada pukul 13.10 kami menginjakkan kaki kami untuk pertama kalinya di puncak
Rantemario dengan ketinggian ± 3360 MDPL yang merupakan puncak tertinggi di pegunungan
latimojong Sulawesi selatan. Luapan kegembiraan pun terpancar dari wajah kami.
Senin, 18 Juni 2012. Puncak Rante Mario Pegunungan Latimojong
lihat foto-foto lainnya disini
0 komentar:
Posting Komentar